Ilusi

                 pict by TheAwkwardYeti

Mungkin sebagian besar dari kalian tau, bahwa Introvert menurut MBTI dikelompokkan menjadi 16 macam. Terlepas valid ataukah tidak, yang jadi topik utama tulisan ini bahwa semua introvert memiliki sisi yang berbeda, meskipun jika dikembalikan ke 3 pengelompokan sederhana yaitu Introvert, Ekstrovert, Ambivert. Tapi saya yakin introvert yang satu dengan yang lainnya pasti berbeda. 

Saya yakin kebanyakan introvert akan lebih banyak menghabiskan waktu berpikir dan mengobrol dengan dirinya sendiri. Sehingga menurut saya sangat rentan bahwa seorang introvert akan terjebak berputar pada pikiran dan perasaannya sendiri. 
Saya tidak tau apakah ini hanya saya saja yang mengalami atau orang introvert lain juga mengalami. Bahwasanya saya telah terjebak bertahun-tahun pada ilusi pikiran dan perasaan saya sendiri. 
Ternyata diam saja, bukan pilihan terbaik. Mungkin ketika ada momen dan peluang lagi saya harus bisa mengambil kesempatan itu ketimbang mengabaikannya dan terjebak pada permasalahan itu-itu saja. 
Rasa penasaran, rasa andaikan, mimpi berulang, alam bawah sadar, dan cocokologi persepsi atas pikiran sendiri yang pada akhirnya itu hanyalah palsu, tipuan belaka, persepsi tanpa landasan dan data-data objektif yang akurat. Mungkin disini ada sisi keliru membedakan antara intuisi yang biasanya terjadi, dengan hadirnya mimpi alam bawah sada, hingga munculnya perkiraan yg mungkin karena cocokologi tadi sehingga terkesan kuat. 

Saya mulai sadar diusia 1/4 abad ini bahwa saya harus buktikan atau saya akan kehilangan beberapa tahun berhaga lagi di masa depan hanya bergelut di pemikiran dan perasaan yang sama. Akhirnya saya putuskan untuk mencari data tersebut sebagai alasan logis dan validasi diri saya sendiri, apakah persepsi saya ini benar atau salah. 
Dengan segala pertimbangan yang seringkali sempat saya urungkan, karena perlu terlibat berinteraksi dengan orang lain yang menjadi sumber permasalahan.

Ternyata hasilnya cukup mengejutkan. Mayoritas persepsi saya salah! Reaksi saya awalnya bukan menyalahkan, lebih kepada "Wah ternyata pendapat minoritas dalam diri saya adalah jawaban yang benar". Selama ini sepertinya saya selalu memberi pupuk dan menyiraminya dengan harapan-harapan yang entah itu akan terwujud atau tidak. Bahkan hati kecil saya sendiri tau bahwa jangan berharap pada manusia. Namun, ada momen terlemah seorang manusia dimana dia sedikit demi sendikit menaruh harap, hingga akhirnya bertumbuh dan mekar.. Kupikir akan bisa memetik buahnya namun sayang benang sari tidak menyerbuki kepala putik. Bahkan, rasanya bukan hanya bunga yang berguguran saat ini, tapi daun-daun yang semula hijau sudah menguning dan akhirnya layu dan rontok. Tinggallah batang kerontang yang sudah seharusnya kucabut hingga ke akarnya. 

Dalam hal menyukai atau bahkan mencintai seseorang, berpikirlah secara logis, jangan hanya terjebak dalam lingkaran ilusi pikiran dan perasaanmu sendiri! 

Setelah skripsi membuat berkurangnya jiwa melankolis dan perfecsionisku, dan sebaliknya beradaptasi untuk meningkatnya jiwa plegmatis, mungkinkan pembelajaran hidupku kali ini akan mengurangi kadar feeling yang melekat terlalu berlebihan? 
Jawabannya "IYA, HARUS"! 
Perempuan gk melulu harus pakai perasaan, ia tetap harus menimbang benar salah menggunakan pikiran logika. Karena jika menimbang menggunakan perasaan, ada sisi tidak adil disana karena akan condong pada salah satu hal yang ia sukai. Fatalnya jika kecondongan itu pada hal yang salah justru akan menjerumuskan. 

Tidak papa, setiap perjalanan adalah pembelajaran hidup. Semoga kedepannya menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan tidak lagi terjebak dalam pikiran dan perasaan ilusi sendiri.... :") 

 




Postingan populer dari blog ini

2024 Baru jadi BANA ???

Pengalaman Nonton Konser FTISLAND Pertama di Indonesia #HEYDAYinJKT 2024

Koleksi Album B1A4 Ku